contoh fraud accounting multikultural dalam negeri

     Ideology humanisme yang diasumsikan mulai tertanam dalam diri akuntan yang disebut oleh Ahmed Riahi Belkaoui ,dalam bukunya Accounting Theory, sebagai universal class, juga menyimpan sejumlah masalah. Karena pada esensinya hanya merepresentasikan kepentingan mempercepat dan mempertahankan kekuasaan pemilik modal.  Gouldner lebih sarkastik lagi, katanya, kelas baru menggunakan reproduksi budaya untuk memelihara kepentingan kekuasaannya hanya sebagai reproduksi ekonomi yang melayani pemilik modal. Di sisi lain, ideologi tadinya  yang bermaksud mengembalikan “kemanusiaan” tenaga akuntan harus terjebak pada tradisi positivisme. Seakan-akan epistemology akuntansi murni membebaskan dirinya dari pelbagai pengaruh norma dan nilai. Paradigma yang menetralkan ilmu akuntansi itu kemudian diikuti persepsi sebagian besar mahasiswa akuntansi seolah-olah accounting most similarly to counting. Eksistensi akuntan yang dianggap bebas nilai dan hanya bagian dari alat mencapai objek selalu kembali dipertanyakan seiring terjadinya kasus fraud dan krisis keuangan dunia.

    Tidak independennnya akuntan dalam posisi controlling anggaran dan pemasukan perusahaan atau lemahnya pengendalian internal dapat dibuktikan dengan bertumpuknya kasus fraud,bribery, korupsi hingga penyalahgunaan asset perusahaan.  bergidik kita, saat mengetahui  hasil survey dari Price Water Coppers tahun 2005 bahwa dri 47 % perusahaan yang mengalami fraud sebanyak 66 % menjadi korban korupsi. Di sisi pelaku fraud, survey yang diselenggarakan dengan model interview lebih dari 3.500 eksekutif senior dari 34 negara menyatakan bahwa 55 % pelaku fraud berasal dari level middle management. Dan sekitar 40 % berasal dari karyawan yang direkrut.

    Penyakit korupsi, menurut klasifikasi Tuanakota (2007 ) adalah cabang pertama dari jahatnya fraud sebelum penyakit lain seperti penyalahgunaan asset perusahaan dan fraudulent statement. Dari penyakit korupsi yang konon sudah demikian mengakar diklasifikasikan lagi mulai dari conflict of interest, bribery, skim pembelian fiktif, pembukaan L/C bodong, skim penjualan fiktif. Untuk penyalahgunaan asset, banyak terdeteksi di lembaga negara maupun BUMN. Dilihat dari munculnya kasus-kasus di atas, jelas peran akuntan banyak bermain disini. Akuntan harus bisa menyalakan red flags sebagai peringatan dini atas “ketidak beresan “ lalu lintas keuangan yang terjadi dalam perusahaannya. Selain itu menjadi kesadaran bagi management menghidupkan suasana dalam kantor maupun kegiatan operasional yang meyakinkan individu bahwa korupsi dengan pelbagai ragamnya adalah kezaliman yang menganiaya orang banyak atas kepentingan segelintir orang.

    Tidak bisa juga kita katakan korupsi sulit kita berantas. Karena sejatinya, perang pemikiran antara nilai kebajikan dan kebatilan telah berkecamuk dalam lintasan fikiran dan jiwa seorang individu. Itulah mengapa Baginda Nabi SAW pernah mengajarkan doa “Allahumma Arinal Haqqa haqqan war zuqnat tiba’ah wa arinal bathila, bathilan war zuqnat tinabah “



Analisis: Jadi Di indonesia harus lebih ketat dalam pengawasaan keuangan lebih ketat KPK dan instasi audit yang telibat harus memberi sanksi tegas terhadap kencurangan fraud dalam negeri. dan tidak memberi kemudahan dan memberi revisi yang terlibat kecurangan kecurangan yang merugikan negara tersebut.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Response to "contoh fraud accounting multikultural dalam negeri"

Post a Comment